MAKAM NYI AGENG SERANG
Selain
terkenal dengan wisata alamnya, Kecamatan Kalibawang juga terkenal dengan
wisata religinya, salah satunya adalah Makam Nyi Ageng Serang. Situs ini
merupakan sebuah komplek makam keluarga Nyi Ageng Serang beserta dengan beberapa
pengikutnya yang terletak di Dusun Beku, Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo. Makam ini juga terkenal dengan sebutan Makam
Beku karena lokasinya yang terletak di Dusun Beku. Sekitar 30 km dari Kota
Yogyakarta.
Untuk
akses menuju tempat tersebut para pengunjung dapat menggunakan transportasi
umum, kendaraan pribadi, maupun bus pariwisata untuk dapat mencapai lokasi
makam Nyi Ageng Serang. Jalan yang menuju ke makam ini juga sudah diaspal
sehingga membuat nyaman para pengguna jalan. Jalur transportasi dari Yogyakarta
menuju makam Nyi Ageng Serang, yaitu dari perempatan setelah pasar Godean, Anda
dapat mencari jalan yang menuju ke arah Kenteng. Kemudian di perempatan pertama
jalan yang sedang dilewati sekarang berbelok ke kanan. Setelah perempatan itu
jalan menuju lokasi tidak bercabang sampai ada papan petunjuk ke makam Nyi
Ageng Serang dan Goa Maria Sendangsono. Dari papan petunjuk menuju lokasi makam
masih lurus kira-kira 20 menit. Anda akan menjumpai jalan cabang ke kiri yang
menanjak pada jalan tersebut. Nah, jalan itulah yang menuju makam Nyi Ageng
Serang.
Untuk
masuk di kawasan makam Nyi Ageng Serang para pengunjung tidak dikenakan biaya
apa pun. Para pengunjung biasanya hanya diminta memberi sumbangan suka rela
yang akan digunakan untuk biaya perawatan dan perbaikan makam.
Nyi
Ageng Serang merupakan salah satu keturunan Sunan Kalijaga, dan beliau juga
mempunyai keturunan seorang pahlawan nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau
lebih kita kenal Ki Hajar Dewantara. Kini beliau dimakamkan di Kalibawang,
Kulon Progo. Lahir di lingkungan bangsawan dan patriotik membuat Nyi Ageng
Serang sejak kecil mempunyai dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Pada
masa perang Diponegoro pecah,
beliau memimpin pasukannya menyusuri Sungai Progo dan kemudian bermarkas di
Bukit Traju Mas atau Bukit Menoreh untuk mengatur strategi perlawanan
terhadap Belanda. Beliau tidak pernah surut dalam melawan penjajahan Belanda
bahkan hingga usia senja beliau tetap gigih untuk terus mengobarkan perlawanan
terhadapa Belanda. Hingga beliau sakit pada tahun 1828 dua tahun sebelum perang
Diponegoro usai atau genap berusia 76 tahun yang akhirnya wafat. Beliau
dimakamkan di perbukitan menoreh sebagai permintaan beliau sebelum wafatnya.
Masyarakat
dimana Nyi Ageng Serang dimakamkan sering menggelar acara pementasan seni untuk
mengenang kepahlawanan beliau yang digelar setiap bulan Sura (Muharram).
Kesenian tersebut antara lain tarian dolalak, kuda lumping, shalawatan dan
beberapa kesenian yang lain. Selain mengenang kepahlawanan Nyi Ageng
Serang hal tersebut dilakukan sebagai sarana untuk melestarikan budaya
lokal. Disamping itu juga ada pameran produk makanan yang dihasilkan desa
tersebut. Tempat tersebut ramai pada masa masa liburan, hari kemerdekaan, hari
pahlawan dan juga hari-hari besar Islam serta hari-hari tertentu bagi yang
melakukan ritual ziarah yakni pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon.
Komplek
makam Nyi Ageng Serang memiliki nilai sejarah yang tinggi sebagai situs untuk
mengenang perjuangan beliau dalam melawan penjajahan. Di bukit yang sekarang
menjadi peristirahatan terakhir itulah Nyi Ageng Serang dan pasukannya menyusun
strategi peperangan. Bukit Menoreh dan komplek makam beliau menjadi bukti sejarah
bahwa kemampuan seorang perempuan tidak kalah dengan laki-laki. Bahkan jauh
sebelum gerakan kata feminisme dicetuskan di Eropa. Masyarakat Desa Banjarharjo
secara rutin menggelar pementasan seni untuk memperingati kepahlawanan beliau.
Pementasan kesenian biasanya digelar pada setiap bulan Sura (Muharram). Para
seniman dari berbagai dusun di Banjarharjo tak mau ketinggalan untuk
menampilkan berbagai seni tradisi, yaitu tarian dolalak, kuda lumping,
shalawatan, dan pementasan kesenian yang lain. Gelar kebudayaan lokal tersebut
merupakan ekspresi beberapa seniman untuk mengenang beliau, serta merupakan
upaya untuk melestarikan budaya lokal. Gelar budaya itu juga diselingi dengan
pameran aneka buah-buahan dan produk makanan yang dihasilkan oleh Desa
Banjarharjo. Selain nilai memiliki nilai kepahlawanan dan sejarah, makam Nyi
Ageng Serang juga mempunyai daya tarik tersendiri. Makam ini menjadi tempat
untuk mencari berkah (ngalap berkah) agar keinginan para peziarah terkabul.
Ritual ziarah untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal berbaur dengan
kepercayaan mistik masyarakat. Hal ini terlihat dengan ramainya para peziarah
pada hari-hari tertentu, misalnya pada malam Selasa dan Jumat Kliwon.
Pada
saat berziarah ketempat ini perlu diperhatikan beberapa hal yakni peziarah atau
pun wisatawan dilarang membawa senjata
tajam, minuman beralkhohol atau yang menyebabkan mabuk. Serta bagi peziarah
wanita yang sedang haid serta masa nifas dilarang memasuki makam tersebut. Sedangkan
bagi siapa saja yang memasuki makam tersebut harus melepas alas kaki saat
memasuki pintu komplek makam.
Sumber:
http://yogyakarta.panduanwisata.id/daerah-istimewa-yogyakarta/kulon-progo/mengenang-perjuangan-nyi-ageng-serang/
http://jogjatrip.com/id/427/makam-nyi-ageng-serang
http://www.kalibawang.com/2015/11/wisata-makam-pahlawan-nyi-ageng-serang.html
Komentar
Posting Komentar