PEMAKAMAN ASTANA GIRIGONDO





Di area Perbukitan Menoreh yang memanjang terlihat hijau berderet pepohonan, terdapat suatu tempat dimana menjadi tempat tersebut merupakan peristirahatan terakhir yang diperuntukkan bagi raja-raja Pakualaman dan kerabat Pakualaman. Tempat tersebut diberi nama Astana Girigondo, yang tepatnya terletak di Dusun Girigondo, kelurahan Kaligintung, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo kurang lebih 10 km dari kota Wates ke arah barat. Jalan menuju ke makam ini sudah cukup baik jalan beraspal namun bagi yang harus menggunakan kendaraan umum harus berganti angkutan karena jalur ini di luar jalur trayek bus Jogja-Wates.

Untuk menuju lokasi ini bisa menggunakan bus umum jurusan Wates, kemudian dari terminal Wates dilanjutkan dengan dengan kendaraan jurusan Purworejo turun di Temon wetan 1 km sebelah barat pertigaan ke arah Pantai Glagah dilanjutkan lagi dengan ojek untuk menuju lokasi. Bisa juga menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat dengan rute sesuai dengan yang ada di peta lokasi.

Di makam Girigondo orang berkunjung ke sana selain berwisata juga berziarah terutama pada bulan Ruwah dan Syawal. Bagi pengunjung atau peziarah ke makam ini tidak dipungut biaya apapun alias gratis. Makam ini tentu saja ada sejarahnya yaitu merupakan makam keluarga Paku Alam yang letaknya di pegunungan menoreh dengan pemandangan pegunungan dan perbukitan yang indah.Untuk yang ingin berkunjung ke Makam Astana Girigondo dan ingin tahu tentang sejarahnya, di sana juga terdapat juru kunci yang bersedia untuk menjelaskannya.

Pengunjung dapat merasakan langsung suasana magis dari tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar saat memasuki kawasan pemakaman Astana Girigondo ini. Aroma wewangian dupa dan bunga biasa tercium di sekitar makam sepanjang waktu.Masyarakat Dusun Girigondo dengan jumlah penduduk sekitar 50 KK, terkenal dengan keramahannya. Mereka juga memilik budaya gotong royong yang baik, disamping menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam.

Pada gapura pintu masuk komplek Pemakaman Astana Girigondo ini terdapat simbol pakualaman dan tulisan Jawa, yang berbunyi ‘Girigondo’. Secara garis besar komplek makam ini dibagi menjadi 6 teras. Tiap-tiap teras dihubungkan dengan tangga. Pengunjung harus melalui trap-trap bahkan siapapun yang menghitungnya pasti akan berbeda jumlahnya satu sama lain untuk naik menuju makam. Anda juga dapat menikmati pemandangan di kanan kiri lembah perbukitan sambil menaiki trap satu ke trap yang lain.

Pada teras I, yakni teras yang paling tinggi, Anda akan melihak tembok dan pagar besi setinggi 2,40 m yang mengelilingi teras tersebut dengan gapura masuk dan pintu gerbang dari besi. Teras I ini berukuran 3,2 x 2,155 meter ini. Di tempat tersebut dimakamkan keluarga Pakualaman, istri, anak dan menantu sebanyak 32 makam. 

Teras II terletak di sebelah Selatan dari teras I. Bagian ini dihubungkan dengan tangga berjumlah 21 anak tangga, dan terdapat 8 buah makam di dalamnya. Teras III, baru ditempati 2 buah makam dan lahannya masih kosong. Sedangkan pada teras IV, terdapat 3 buah makam kerabat jauh Pakualaman. Teras V masih kosong. Sedangkan Teras VI, dibagi menjadi bagian Barat dan Timur. Bagian Barat terdapt 2 buah makam, dan bagian Timur terdapat 7 buah makam.

Di sini dimakamkan KGPAA Paku Alam V, VI, VII, VIII beserta keluarganya. Sedangkan KGPAA Paku Alam I, II, III, IV dimakamkan di pemakaman Hastorenggo, Kotagede, Yogyakarta. Alasan tidak bersatunya pemakaman Paku Alam karea areal pemakaman di Hastorenggo telah penuh, sehingga membuat Paku Alam V akhirnya mencari tempat lain untuk pemakaman kerabat Paku Alam seterusnya. Dan dipilihlah Dusun Girigondo untuk dibangun area pemakaman. 

Di area komplek Pemakaman Astana Girigondo ini terdapat fasilitas seperti area parkir yang cukup luas dan Masjid bersejarah yang didirikan oleh Keluarga Raja Pakualaman. Di masjid itulah tempat para warga dusun mengikat tali silaturahmi. Mereka juga biasa menyelenggarakan Jamaah Sholat Jumat dan tempat para pemuda Girigondo mengkaji Agama Islam. Di sekitar Makam Girigondo dengan pemandangan yang indah nan sejuk tersebut juga terdapat pemukiman warga yang sudah menetap sejak lama dan kebanyakan warga asli dusun tersebut.

Menurut saya, Astana Girigondo itu sendiri masih kurang diperhatikan oleh pemerintah. Pemanfaatan promosi ataupun informasi yang kurang terhadap orang-orang menjadikan para pejiarah atau wisatawan masih terbilang sedikit datang ke situ untuk berziarah, mungkin masih kalah dengan makam Imogiri. Serta pemanfaatan pada masjid masih agak kurang, namun jika perawatan lebih diperhatikan pasti Masjid Pakualaman akan terlihat bersih sekali.


Sumber:

http://visitingjogja.com/web/detail/item/wisata/pemakaman-astana-girigondo.html#.V7tiRdycHIU
http://yogyakarta.panduanwisata.id/wisata-religi/girigondo-makam-raja-dan-kerabat-pakualaman/
https://kanaljogja.com/astana-girigondo-makam-para-raja-dari-keturuanan-paku-alam/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATAK TOKOH WAYANG YANG MIRIP DENGAN SAYA

MUSEUM SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX

MAKAM NYI AGENG SERANG